Rabu, 07 Oktober 2020
Hamba-hamba Ar-Rahman
Surah al-Furqan adalah salah satu surah yang biasa kita baca atau bahkan kita hafal dari al-Qur’an yang mulia, kalam Rabbul Alamin.
Surah ini dinamakan al-Furqan yang bermakna pembeda (antara yang haq dengan yang batil) karena ayat pertama memuat kata tersebut,
تَبَارَكَ ٱلَّذِي نَزَّلَ ٱلۡفُرۡقَانَ عَلَىٰ عَبۡدِهِۦ لِيَكُونَ لِلۡعَٰلَمِينَ نَذِيرًا ١
“Mahasuci Dzat yang telah menurunkan al-Furqan (yakni al-Qur’an) kepada hamba-Nya (Muhammad) agar dia menjadi peringatan bagi segenap alam.” (al-Furqan: 1)
Saudariku muslimah…
Entah sudah berapa kali kita menamatkan bacaan surah tersebut bila mengkhatamkan al-Qur’an merupakan kebiasaan kita. Namun, adakah sesuatu yang kita dapat dari surah tersebut yang bisa menjadi bahan renungan?
Tentu saja, jawabannya, banyak sekali! Nah, kita ingin membicarakan salah satunya, yaitu ayat-ayat yang memuat sifat-sifat para hamba Allah Yang Maha Penyayang (ar-Rahman), yang selanjutnya kita sebut dengan ‘ibadurrahman.
Al-Allamah al-Muhaddits Imam aljarh wat ta’dil zaman ini, asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkhali—semoga Allah ‘azza wa jalla menjaga beliau dan memanjangkan usianya dalam berkhidmat kepada sunnah—pernah menyampaikan keterangan tentang ayat-ayat tersebut dalam beberapa majelis di rumah beliau pada Ramadhan 1430 H.
Terkesan dengan keterangan beliau, kami menyusun tulisan ini dengan berbekal sebuah kitab yang memuat keterangan beliau yang berjudul Nafahat al-Huda wa al-Iman min Majalis al-Qur’an (hlm. 437—449).
Bacalah terlebih dahulu surah al-Furqan ayat 63—76. Itulah ayat-ayat yang memuat sifat-sifat ‘ibadurrahman, akhlak mereka, dan interaksi mereka dengan Rabb mereka serta dengan sesama manusia.
Tawadhu dalam Berjalan
Allah ‘azza wa jalla berfirman,
وَعِبَادُ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلَّذِينَ يَمۡشُونَ عَلَى ٱلۡأَرۡضِ هَوۡنٗا
“Dan hamba-hamba ar-Rahman itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati….” (al-Furqan: 63)
Berjalan dengan rendah hati yang mereka lakukan tumbuh dari sifat tawadhu’ kepada Allah ‘azza wa jalla. Sifat ini adalah satu sifat yang terpuji dalam agama ini, bahkan terpuji dalam seluruh ajaran agama terdahulu. Tengoklah salah satu wasiat Luqman kepada putranya terkait adab ini.
وَلَا تُصَعِّرۡ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمۡشِ فِي ٱلۡأَرۡضِ مَرَحًاۖ
“Janganlah engkau berjalan di atas bumi ini dengan angkuh (merasa besar diri/tinggi hati).” (Luqman:18)
Dalam surah al-Isra’, Allah ‘azza wa jalla berfirman,
وَلَا تَمۡشِ فِي ٱلۡأَرۡضِ مَرَحًاۖ إِنَّكَ لَن تَخۡرِقَ ٱلۡأَرۡضَ وَلَن تَبۡلُغَ ٱلۡجِبَالَ طُولٗا ٣٧
“Janganlah engkau berjalan di atas bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya engkau sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali tidak pula engkau bisa mencapai tingginya gunung-gunung.” (al-Isra’: 37)
Ayat ini menunjukkan Allah ‘azza wa jalla menghinakan orang yang angkuh yang merasa dirinya besar, “Siapa kamu hingga kamu merasa besar diri dan meremehkan orang lain? Bukankah kamu tidak bisa mencapai tingginya gunung-gunung?”
Adapun ‘ibadurrahman berjalan di atas bumi-Nya Allah ‘azza wa jalla ini dengan penuh tawadhu kepada Allah ‘azza wa jalla , menghinakan diri di hadapan-Nya ‘azza wa jalla, dan rendah hati kepada orang-orang beriman.
Mereka berjalan dengan tenang, penuh kesantunan, tanpa dibuat-buat, sebagaimana orang sombong berjalan dengan gaya yang dibuat-buat.
Tidak Membalas Kebodohan dengan Kebodohan
Karena sempurnanya akhlak dan mulianya jiwa mereka, mereka tidak membalas ucapan buruk yang ditujukan kepada mereka dengan keburukan.
Allah ‘azza wa jalla berfirman,
وَإِذَا خَاطَبَهُمُ ٱلۡجَٰهِلُونَ قَالُواْ سَلَٰمٗا ٦٣
“Jika orang-orang bodoh mengajak bicara mereka (menujukan kepada mereka ucapan-ucapan buruk), mereka mengatakan, ‘salaman’ (perkataan yang baik).” (al-Furqan: 63)
Mereka menjaga lisan mereka dari dosa dan dari ucapan yang dapat mencacati kehormatan dan kemuliaan mereka dengan tidak membalas ucapan buruk dengan keburukan.
Sebab, melayani perkataan buruk dari orang-orang bodoh yang tidak paham kemuliaan jiwa, akan mencacati kemuliaan orang-orang yang cerdas. Walaupun orang-orang bodoh itu mencaci dan menujukan kata-kata keji kepada mereka, mereka justru membalasnya dengan akhlak yang tinggi berupa kesabaran, kelembutan, dan ucapan yang baik. Saat dicaci orang bodoh, sebagian orang yang mulia berkata, “Assalamu ‘alaikum.”
Allah ‘azza wa jalla berfirman,
سَلَٰمٌ عَلَيۡكُمۡ لَا نَبۡتَغِي ٱلۡجَٰهِلِينَ ٥٥
“Salamun ‘alaikum, kami tidak ingin bergaul (melayani) orang-orang jahil.” (al-Qashash: 55)
Janganlah engkau menjadi orang bodoh yang membalas cacian dengan cacian. Akan tetapi, tetaplah tenang dan sabar. Balaslah keburukan dengan kebaikan. Bukankah Allah ‘azza wa jalla berfirman,
وَلَا تَسۡتَوِي ٱلۡحَسَنَةُ وَلَا ٱلسَّيِّئَةُۚ ٱدۡفَعۡ بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُ فَإِذَا ٱلَّذِي بَيۡنَكَ وَبَيۡنَهُۥ عَدَٰوَةٞ كَأَنَّهُۥ وَلِيٌّ حَمِيمٞ ٣٤ وَمَا يُلَقَّىٰهَآ إِلَّا ٱلَّذِينَ صَبَرُواْ وَمَا يُلَقَّىٰهَآ إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٖ ٣٥
“Dan tidaklah sama kebaikan dan keburukan. Balaslah (keburukan itu) dengan yang lebih baik. (Jika engkau berbuat demikian) engkau dapati orang yang tadinya antara engkau dan dia ada permusuhan, (di belakang hari) seolah-olah merupakan teman yang sangat setia. Sifat itu (membalas keburukan dengan kebaikan) tidaklah dianugerahkan kecuali kepada orang-orang yang sabar dan tidaklah dianugerahkan kecuali kepada orang yang memiliki keberuntungan yang besar.” (Fushshilat: 34—35)
Inilah akhlak yang diajarkan oleh Allah ‘azza wa jalla kepada kita. Dia menerangkan sifat-sifat kekasih dan hamba-hamba pilihan-Nya agar kita menirunya.
Ayat ke-63 dari surah al-Furqan di atas memuat dua interaksi yang dilakukan hamba: dengan Allah ‘azza wa jalla dan dengan sesama hamba Allah ‘azza wa jalla.
Menggunakan Sebagian Malamnya untuk Shalat
Ayat berikutnya (ayat 64) dalam surah al-Furqan khusus menyebutkan hubungan hamba dengan Rabbnya,
وَٱلَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمۡ سُجَّدٗا وَقِيَٰمٗا ٦٤
“Orang-orang yang bermalam untuk Rabb mereka dengan banyak sujud dan berdiri.” (al-Furqan: 64)
Mereka beribadah kepada Allah ‘azza wa jalla dengan qiyamul lail.
‘Bermalam untuk Rabb mereka’, bukanlah maknanya mereka shalat sepanjang malam, tetapi sebagian waktu malam, sebagaimana ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Mengapa?
Karena syariat agama kita ini mudah dan ringan, tidak memberati pemeluknya. Islam adalah agama yang pertengahan antara sifat meremehkan dan sifat berlebih-lebihan.
Karena itulah, tatkala sebagian sahabat ingin membebani diri dengan ibadah tertentu, ada yang berkata, “Aku akan shalat malam sepanjang malam dan tidak akan tidur.”
Yang lain berkata, “Aku akan selalu berpuasa dan tidak pernah berbuka.”
Yang satunya lagi berkata, “Aku akan fokus ibadah dan tidak akan menikah.”
Ternyata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam marah kepada mereka dengan menyatakan,
مَا بَالُ أَقْوَامٌ قَالُوْا كَذَا وَكَذَا؟ لَكِنّيِ أُصَلِّي وَأَنَامُ، وَأَصُوْمُ وَأُفْطِرُ، وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ. فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي
“Mengapa orang-orang itu mengatakan ini dan itu? Aku shalat dan aku juga tidur. Aku puasa dan aku juga berbuka. Aku pun menikahi banyak wanita. Barang siapa membenci sunnahku, dia bukanlah temasuk golonganku.” (HR. al-Bukhari no. 5063 dan Muslim no. 1401 dari sahabat Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, dan ini adalah lafadz Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan puasa dan shalat yang paling dicintai Allah ‘azza wa jalla, dalam sabda beliau kepada Abdullah ibn Amr ibnul Ash radhiallahu ‘anhuma,
أَحَبُّ الصِّيَامِ إِلَى اللهِ صِيَامُ دَاوُدَ، كَانَ يَصُوْمُ يَوْمًا وَيُفْطِرَ يَوْمًا. وَأَحَبُّ الصَّلاَةِ إِلَى اللهِ صَلاَةُ دَاوُدَ، كَانَ يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْلِ وَيَقُوْمُ ثُلُثَهُ وَيَنَامُ سُدُسَهُ
“Puasa yang paling Allah ‘azza wa jalla cintai adalah puasa Nabi Dawud ‘alaihissalam. Beliau ‘alaihissalam berpuasa sehari dan berbuka (tidak puasa) sehari. Shalat (malam) yang paling Allah ‘azza wa jalla cintai adalah shalat Dawud ‘alaihissalam. Beliau tidur separuh malam dan bangun shalat (setelahnya) selama dua pertiga malam dan tidur lagi (setelah shalat) seperenam malam (yang tersisa).” (HR. al-Bukhari no. 3420 dan Muslim no. 1159)
‘Ibadurrahman adalah orang-orang yang mengerjakan shalat dengan penuh khusyuk. Allah ‘azza wa jalla menyebutkan dalam firman-Nya,
قَدۡ أَفۡلَحَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ١ ٱلَّذِينَ هُمۡ فِي صَلَاتِهِمۡ خَٰشِعُونَ ٢
“Sungguh, beruntung orang-orang yang beriman. (Yaitu) mereka yang khusyuk dalam mengerjakan shalat.” (al-Mukminun: 1—2)
Senantiasa Berdoa agar Dijauhkan dari Neraka
‘Ibadurrahman mengimani adanya surga dan neraka. Mereka yakin akan dahsyatnya azab neraka dan kesengsaraan para penghuninya, hingga mereka memohon perlindungan kepada Allah ‘azza wa jalla dari neraka. Doa yang mereka lantunkan,
وَٱلَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا ٱصۡرِفۡ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَۖ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا ٦٥
Dan orang-orang yang berdoa, “Wahai Rabb kami, palingkanlah dari kami (jauhkanlah) azab Janannam. Sesungguhnya azabnya adalah kebinasaan yang kekal.” (al-Furqan: 65)
Orang-orang kafir akan diazab dalam neraka selama-lamanya. Azab itu senantiasa menyertai mereka. Mereka ingin rehat walau sebentar dari azab, namun tidak mereka dapatkan.
Mereka tidak mati dalam neraka, namun hidup yang semestinya pun tidak. Mereka terus diazab sebagai balasan kekufuran mereka kepada Allah ‘azza wa jalla, kesyirikan mereka, dan gelimang maksiat saat hidup di dunia.
Adapun hamba-hamba Allah ‘azza wa jalla yang saat di dunia beriman kepada-Nya, beramal saleh, menjauhi perbuatan buruk dan tercela—terutama kekafiran—sembari memohon kepada Allah ‘azza wa jalla agar dijauhkan dari api neraka. Sebab, seseorang tidak bisa menjamin dirinya selamat dari azab, apa pun amalannya.
Rasul yang mulia shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan satu doa untuk dibaca pada akhir setiap shalat sebelum salam, baik shalat fardhu atau nafilah, sebagaimana yang tersampaikan lewat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا فَرَغَ أَحَدُكُمْ مِنَ التَّشَهُّدِ الْآخِرِ فَلْيَتَعَوَّذْ بِاللهِ مِنْ أَرْبَعٍ: مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الَحْمْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ
“Apabila salah seorang dari kalian selesai dari tasyahhud akhir, hendaknya dia berlindung kepada Allah dari empat perkara (yaitu); dari azab Jahannam, dari azab kubur, dari fitnah hidup dan mati, dan dari kejelekan al-Masih ad-Dajjal.” (HR. Muslim no. 588)
‘Ibadurrahman tidaklah teperdaya dan silau dengan iman, amal saleh, dan ibadah mereka yang banyak. Mereka juga tidak tertipu oleh qiyamul lail yang mereka lakukan hingga dengan percaya diri mengatakan, “Kami pantas masuk surga dengan kelebihan yang ada pada kami.” Hal itu sebagaimana yang terjadi pada orang-orang dungu, ahlul bid’ah dan kesesatan, yang merasa yakin masuk surga.
Becerminlah kepada manusia-manusia terbaik setelah para nabi dan rasul, yaitu para sahabat radhiallahu ‘anhum. Mereka tidak merasa aman dengan diri-diri
mereka.
Seorang tabi’in, Ibnu Abi Mulaikah rahimahullah, berkata, “Aku telah berjumpa dengan tiga puluh orang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka semua mengkhawatirkan kemunafikan menimpa diri-diri mereka.”
Demikianlah seharusnya seorang mukmin. Dia tidak merasa aman terhadap dirinya, tidak bangga diri dan membanggakan amalnya.
Kata al-Hasan al-Bashri rahimahullah, “Tidaklah khawatir dari kemunafikan, kecuali seorang mukmin. Tidak ada yang merasa aman dari tertimpa kemunafikan, kecuali seorang munafik.”
Sungguh, kita tidak merasa aman dengan diri kita.
أَفَأَمِنُواْ مَكۡرَ ٱللَّهِۚ فَلَا يَأۡمَنُ مَكۡرَ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلۡقَوۡمُ ٱلۡخَٰسِرُونَ ٩٩
“Tidak ada yang merasa aman dari makar Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (al-A’raf: 99)
Perbanyaklah berdoa,
رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوبَنَا بَعۡدَ إِذۡ هَدَيۡتَنَا
“Wahai Rabb kami, janganlah Engkau simpangkan kalbu kami setelah Engkau beri hidayah kepada kami.” (Ali Imran: 8)
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِيْنِكَ.
“Wahai Dzat Yang Maha Membolak-balikkan kalbu, tetap kokohkanlah kalbu kami di atas agama-Mu.”
Tidak ada jaminan bagi kita hingga bisa merasa aman dari azab. Siapa kita bila dibandingkan dengan sahabat mulia, Umar ibnul Khaththab radhiallahu ‘anhu. Meski telah dijamin masuk surga oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tetap saja Umar merasa takut akan nasibnya. Karena itu, menjelang wafatnya beliau berkata,
وَاللهِ لَوْ أَنَّ لِي طِلاَعَ الْأَرْضِ ذَهَبًا لَافْتَدَيْتُ بِهِ مْنَ عَذَابِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ قَبْلَ أَنْ أَرَاهُ
“Demi Allah,seandainya aku memiliki emas sepenuh bumi, niscaya aku akan jadikan tebusanku dari azab Allah sebelum aku melihatnya.”
Bagaimana Umar radhiallahu ‘anhu tidak takut, sementara azab neraka demikian pedih.
Allah ‘azza wa jalla berfirman,
إِنَّهَا سَآءَتۡ مُسۡتَقَرّٗا وَمُقَامٗا ٦٦
“Sesungguhnya neraka itu sejelek-jelek tempat menetap dan tempat berdiam.” (al-Furqan: 66)
Apabila neraka merupakan tempat yang demikian buruk, jangan tanya tentang nasib penghuninya. Neraka adalah rumah abadi bagi orang-orang kafir, tempat azab yang pedih yang tidak sanggup kita bayangkan.
وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ عَلَيۡهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٞ شِدَادٞ لَّا يَعۡصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمۡ وَيَفۡعَلُونَ مَا يُؤۡمَرُونَ ٦
“Bahan bakar neraka adalah manusia dan batu. Di atasnya ada para malaikat (penyiksa) yang keras, kasar, dan kaku. Para malaikat itu tidak pernah mendurhakai Allah dalam apa yang Allah perintahkan kepada mereka, dan mereka senantiasa mengerjakan apa yang diperintahkan.” (at-Tahrim: 6)
Jangan dikira api neraka sama dengan api di dunia. Api dunia hanyalah sepertujuh puluh bagian dari api neraka. Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
نَارُكُمْ هَذِهِ الَّتِي يُوْقِدُ ابْنُ آدَمَ جُزْءٌ مِنْ سَبْعِيْنَ جُزْءًا مِنْ حَرِّ جَهَنَّمَ
“Api kalian yang dinyalakan oleh anak Adam (manusia) ini adalah satu bagian dari 70 bagian panasnya Jahannam.” (HR. al-Bukhari no. 3265 dan Muslim no. 2843, ini adalah lafadz riwayat Muslim)
Pernah pula Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitakan,
اِشْتَكَتِ النَّارُ إِلَى رَبِّهَا فَقَالَتْ: رَبِّ أَكَلَ بَعْضِي بَعْضًا. فَأَذِنَ لَهَا بِنَفَسَيْنِ: نَفَسٌ فِي الشِّتَاءِ وَنَفَسٌ فِي الصَّيْفِ. فَأَشَدُّ مَا تَجِدُونَ مِنَ الْحَرِّ وَأَشَدُّ مَا تَجِدُونَ مِنَ الزَّمْهَرِيْرِ
Neraka mengeluh kepada Rabbnya dengan berkata, “Duhai Rabbku, sebagian aku melahap sebagian yang lain.”
Allah pun mengizinkan neraka untuk bernapas dua kali; satu napas pada musim dingin dan satu napas pada musim panas. Panas yang sangat yang kalian dapatkan dan dingin yang sangat yang kalian dapatkan (itu dari napas neraka). (HR. al-Bukhari no. 3260 dan Muslim no. 615 & 617, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)
Allah ‘azza wa jalla berfirman,
إِنَّهَا تَرۡمِي بِشَرَرٖ كَٱلۡقَصۡرِ ٣٢ كَأَنَّهُۥ جِمَٰلَتٞ صُفۡرٞ ٣٣
“Sesungguhnya neraka itu melemparkan bunga api sebesar dan setinggi istana. Seakan-akan bunga api yang terlontar itu berupa iringan unta yang berwarna kuning.” (al-Mursalat: 32—33)
Ya Allah, lindungi kami dari api neraka-Mu!
(insya Allah bersambung)
Ditulis oleh al-Ustadzah Ummu Ishaq al-Atsariyah
Repost : https://asysyariah.com
Selasa, 28 April 2020
Hukum menggunakan pasta gigi, obat tetes telinga dan obat tetes mata bagi orang yang berpuasa
INILAH SUMBER KEBAIKAN DAN KEBURUKAN
DI MASA WABAH CORONA: LEBIH AFDHOL TARAWIH DI AKHIR MALAM ATAU LANGSUNG BA'DA SHOLAT ISYA?
SHALAT SUNNAH RAWATIB KETIKA SAFAR
https://t.me/nasehatetam
www.nasehatetam.net
TUJUH PEMBAHASAN RINGAN SEPUTAR SHALAT QABLIYAH SUBUH
Ini yang bisa dihimpun. Wallahu waliyyut taufiiq.
Jalur Masjid Agung @ Kota Raja
Hari Ahadi, (23:17) 23 Dzulhijjah 1440 / 23 Agustus 2019
https://t.me/nasehatetam
www.nasehatetam.net
PEMBATAL-PEMBATAL PUASA YANG PALING BANYAK DITANYAKAN TENTANG (HUKUM) NYA
PEMBATAL-PEMBATAL PUASA YANG PALING BANYAK DITANYAKAN TENTANG (HUKUM) NYA1. SUPPOSITORIA (OBAT BERBENTUK PELURU YANG DIMASUKKAN KE DALAM ANUS ATAU YANG SEMISALNYA)
Tidak membatalkan puasa. [Menurut pendapat asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahulloh.]
2. TETES MATA
Tidak membatalkan puasa.
[Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, asy-Syaikh Ibnu Baz dan asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahumulloh].
3. CELAK
Tidak membatalkan puasa
[Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, asy-Syaikh Ibnu Baz dan asy-Syaikh Ibnu Utsaimin].
4. TETES TELINGA
Tidak membatalkan puasa.
[Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, asy-Syaikh Ibnu Baz dan asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahumulloh]
6. SPRAYER (SEMPROT) ASMA
Tidak membatalkan puasa.
[asy-Syaikh Ibnu Baz, aay-Syaikh Ibnu Utsaimin dan al-Lajnah ad-Daimah rahimahumulloh].
7. SUNTIKAN NUTRISI
Membatalkan puasa. Adapun suntikan otot, pembuluh darah atau kulit maka tidak membatalkan.
[asy-Syaikh Ibnu Utsaimin dan asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahumalloh].
8. SUNTIK PENICILLIN
Tidak membatalkan puasa.
[asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahulloh].
9. SUNTIKAN INSULIN BAGI PENDERITA DIABETES
Tidak membatalkan puasa.
[al-Lajnah ad-Daimah].
10. SUNTIK BIUS (ANAESTESI) PADA GIGI, MENAMBAL DAN MEMBERSIHKANNYA
Tidak membatalkan puasa.
[asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahulloh].
11. MENGHIRUP BUKHUR (ASAP GAHARU) DENGAN SENGAJA DALAM KEADAAN TAHU
Membatalkan puasa.
Adapun sekedar mencium aroma bukhur tanpa sengaja menghirupnya, maka TIDAK membatalkan.
[asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahulloh].
12. MEMAKAI MINYAK WANGI DAN MENGHIRUPNYA
Tidak membatalkan puasa.
[asy-Syaikh Ibnu Utsaimin dan asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahumalloh].
13. PELEMBAB BIBIR
Tidak membatalkan puasa,
Dengan syarat tidak ada yg tertelan sedikitpun darinya.
[asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahulloh].
14. MAKE-UP
Tidak membatalkan puasa.
[asy-Syaikh Ibnu Baz dan asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahulloh].
15. MUNTAH DENGAN SENGAJA
Membatalkan puasa.
Adapun jika tidak sengaja maka tidak membatalkan.
[asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahulloh].
16. EPISTAKSIS (MIMISAN), CABUT GERAHAM DISERTAI KELUARNYA DARAH
Tidak membatalkan puasa.
[asy-Syaikh Ibnu Utsaimin dan asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahumalloh].
17. DIAMBIL DARAH UNTUK DIPERIKSA
Tidak membatalkan puasa.
[asy-Syaikh Ibnu Baz dan asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahulloh]
18. IHTILAM (MIMPI BASAH)
Tidak membatalkan puasa.
[asy-Syaikh Ibnu Utsaimin dan asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahumalloh].
19. BERENANG DAN MENYELAM
Tidak membatalkan puasa.
[asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahulloh].
20. OBAT KUMUR (SEMISAL LISTERINE)
Tidak membatalkan puasa.
Dengan syarat tidak ada yang tertelan sedikitpun darinya.
[asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahulloh]
21. SIWAK
Tidak membatalkan puasa.
[asy-Syaikh Ibnu Utsaimin dan asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahumalloh].
22. PASTA GIGI (GOSOK GIGI)
Tidak membatalkan puasa selama tidak sampai Ke lambung.
(Akan tetapi) yang lebih baik utama tidak menggunakannya, karena memiliki pengaruh (rasa) yang kuat.
23. MENELAN DAHAK
Tidak membatalkan puasa.
[asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahulloh].
adapun asy Syaikh ibnu Baz rahimahulloh berpendapat dahak/riak (النخامة) tidak boleh ditelan dan wajib dibuang (tambahan dari pent).
24. MENCICIPI MAKANAN
Tidak membatalkan puasa,
akan tetapi tidak boleh menelannya, dan tidak melakukannya kecuali memang dibutuhkan.
25. KOYO NIKOTIN
Membatalkan puasa.
[al-Lajnah ad-Daimah]
Alih Bahasa : Al-Ustadz Syafi'i al Idrus Hafizhahullah
Dari : "Tanbiihaat Syahri Ramadhon" | Faidah dari Majmu'ah Manaabir al-Kitab was Sunnah dengan sedikit perubahan | Forum Ahlussunnah Ngawi
https://bit.ly/ForumBerbagiFaidah [FBF]
www.alfawaaid.net
Kamis, 23 April 2020
ALANGKAH PENTINGNYA MENJAGA NIAT
بسم الله الرحمن الرحيم ALANGKAH PENTINGNYA MENJAGA NIAT
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah berkata,
فأوصيك يا أخي ونفسي أن تحرص دائما على اغتنام الأعمال بالنية الصالحة حتى تدخر لك عند الله دخرا يوم القيامة فكم من عمل صغير أصبح بالنية كبيرا وكم من عمل كبير أصبح بالغفلة صغيرا
Sumber:
Syarh Riyadh al-Shalihin, Jilid 1, hlm. 347
Alih Bahasa:
Abu Fudhail Abdurrahman Ibnu Umar غفر الرحمن له.
Ayo Gabung dan Bagikan:
Kanal Telegram:
https://t.me/alfudhail
Situs Web:
http://alfudhail.com
Rabu, 22 April 2020
MENJAGA ANAK DARI BAHAYA INTERNET DAN MEDIA SOSIAL
Simak Audionya dibawah
Kunjungi
https://forumsalafy.net/menjaga-anak-dari-bahaya-internet-dan-media-sosial/
WhatsApp Salafy Indonesia
Channel Telegram
http://telegram.me/forumsalafy
Selasa, 21 April 2020
ANCAMAN KERAS BAGI YANG MENINGGALKAN PUASA WAJIB
WA al I'tishom
Permisalan Orang Yang Berpuasa
Wabilus Shoyyib 32-33 karya Imam Ibnul Qayyim Rohimahullah Ta'ala
Alih bahasa : Abu Sufyan Al Musy Ghofarohullah
__________
2 Ramadhan 1437
Daarul Hadits Al Bayyinah
Sidayu Gresik
Harrosahallah
Channel Telegram UI
http://bit.ly/uimusy
Kunjungi Website Kami MUSY
[Muslim Salafy]
www.musy.salafymedia.com
Minggu, 19 April 2020
NASIHAT MENYAMBUT DATANGNYA BULAN RAMADHAN
Simak Audionya dibawah
Kunjungi
https://forumsalafy.net/nasihat-menyambut-datangnya-bulan-ramadhan/
WhatsApp Salafy Indonesia
Channel Telegram
http://telegram.me/forumsalafy
Shalat Tarawih dan Shalat Id Dilaksanakan di Rumah-Rumah Pada Kondisi Berlanjutnya Pandemi Corona
Mufti Umum Kerajaan Arab Saudi: Shalat Tarawih dan Shalat Id Dilaksanakan di Rumah-Rumah Pada Kondisi Berlanjutnya Pandemi Corona(Sumber: www.spa.gov.sa/2075735)
Jumat 24/8/1441 H bertepatan 17/04/2020 M
Riyadh, 24 Sya’ban 1441 H, 17 April 2020 M
Sumber:
www.spa.gov.sa/2075735
Kunjungi
https://bit.ly/3coE9Me
WhatsApp Salafy Indonesia
Channel Telegram
http://telegram.me/forumsalafy
Selasa, 31 Maret 2020
ISTIGHFAR MENGANGKAT WABAH
Faedah:
Poster dan Video:
Kunjungi: